Sadamantra — Menurut data yang dikumpulkan dalam Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), satu dari lima anak usia sekolah di Indonesia mengalami kelebihan berat badan.
Selain itu, angka balita yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas mengalami peningkatan dari 3,5 persen pada 2022 menjadi 4,2 persen pada 2023.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan kenaikan berat badan berlebih pada anak adalah pola makan yang kurang seimbang, termasuk tingginya konsumsi gula dalam kehidupan sehari-hari.
Konsumsi gula yang berlebihan tidak hanya meningkatkan risiko obesitas, tetapi juga dapat memicu berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti gangguan gigi berlubang, diabetes, serta penyakit kronis lainnya.
Dampak negatif konsumsi gula tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan mental anak.
Anak yang mengalami kelebihan berat badan cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan psikologis, seperti rendahnya kepercayaan diri, kecemasan, dan bahkan depresi.
Pengaruh Konsumsi Gula terhadap Kreativitas Anak
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal “Dampak Konsumsi Gula Tambahan dan Serat Pangan terhadap Kreativitas Anak-anak Praremaja” oleh K. Hassevoort et al. pada tahun 2020, ditemukan bahwa konsumsi gula tambahan yang berlebihan dapat berdampak buruk pada fungsi otak anak, khususnya pada bagian hippocampus. Hippocampus berperan penting dalam proses belajar, daya ingat, serta kreativitas anak.
Konsumsi gula yang tinggi dapat menyebabkan ketidakseimbangan kadar gula darah, yang berdampak pada menurunnya fokus dan kemampuan berpikir kreatif. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk lebih memperhatikan asupan gula anak agar mereka tetap memiliki fungsi kognitif yang optimal.
Batas Aman Konsumsi Gula untuk Anak
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bahwa konsumsi gula tambahan tidak boleh melebihi 10 persen dari total kalori harian anak. Rekomendasi ini juga diadopsi oleh Kemenkes dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 30 Tahun 2013.
Sementara itu, American Heart Association (AHA) menyarankan bahwa anak-anak usia 2 hingga 18 tahun sebaiknya tidak mengonsumsi lebih dari 25 gram atau sekitar 6 sendok teh gula per hari.
AHA juga merekomendasikan bahwa anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya tidak mengonsumsi gula tambahan sama sekali, karena di usia ini mereka sedang membangun preferensi rasa dan membutuhkan makanan yang kaya nutrisi.
Cara Mengontrol Konsumsi Gula Anak
Untuk memastikan anak-anak mendapatkan gizi yang cukup tanpa berlebihan dalam konsumsi gula, orang tua disarankan untuk memberikan makanan bergizi seimbang yang kaya akan nutrisi. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
1. Mengutamakan Makanan Utuh
Pilih makanan yang alami dan minim olahan, seperti sayuran, buah-buahan, dan sumber protein berkualitas. Makanan ini lebih kaya serat dan rendah gula tambahan.
2. Membatasi Konsumsi Minuman Manis
Minuman seperti soda, jus kemasan, dan minuman berenergi mengandung kadar gula yang tinggi. Sebagai gantinya, ajarkan anak untuk mengonsumsi air putih, susu tanpa gula tambahan, atau jus alami tanpa pemanis buatan.
3. Membaca Label Kemasan
Banyak produk makanan kemasan yang mengandung gula tersembunyi. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya membaca label nutrisi sebelum membeli produk makanan atau minuman.
4. Membiasakan Pola Hidup Aktif
Selain menjaga pola makan, anak-anak juga perlu beraktivitas fisik secara rutin, seperti berjalan kaki, bermain di luar ruangan, berenang, atau berolahraga untuk menjaga berat badan tetap sehat.
Pentingnya Edukasi Gizi Sejak Dini
Memberikan edukasi kepada anak tentang pentingnya pola makan sehat adalah langkah awal untuk membangun kebiasaan yang baik sejak dini. Anak-anak perlu memahami bahwa makanan manis boleh dikonsumsi sesekali, tetapi harus tetap dalam batas yang wajar.
Dengan pola makan yang lebih sehat dan aktivitas fisik yang cukup, anak-anak dapat tumbuh dengan lebih baik, memiliki daya pikir yang lebih tajam, serta terhindar dari berbagai risiko kesehatan yang disebabkan oleh konsumsi gula berlebihan.
Dengan demikian, mengontrol asupan gula sejak dini menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan dan kreativitas anak di masa depan.